Selasa, 08 Maret 2016

4 tradisi di pulau Lombok yang akan membuat anda ngeri membacanya


Tanpa banyak berbasa-basi saya akan langsung memaparkan 5 adat di pulau lombok yang akan membuat anda merinding atau merasa ngeri mendengarnya, diantaranya :

1.        Peresean

Peresean merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

Tradisi peresean ini berupa pertarungan antara dua lelaki atau biasa disebut dengan “pepadu” yang bersenjatakan tongkat rotan yang disebut dengan “penjalin” dan sebuah perisai atau disebut “ende” terbuat dari kulit kerbau yang tebal dan keras.

Peresean ini termasuk dalam seni tari daerah Lombok dimana petarung dalam peresean biasa disebut dengan pepadu dan wasit biasa disebut dengan pakembar.

Pada awalnya peresean ini diadakan hanya untuk keperluan adat saja namun seiring perkembangan zaman, peresean kerap dipertandingkan untuk memancing wisatawan luar daerah bahkan manca negara dan pertandingan peresean ini diadakan juga untuk melihat ketangkasan dari para petarung (pepadu) dari masing-masing perwakilan daerah. Pemenang dari pertandingan peresean ini selain mendapatkan hadiah, petarung yang menang akan disegani oleh petarung daerah lain. Oleh karena itu, setiap daerah menyiapkan petarung (pepadu) terbaiknya sebagai perwakilan dari daerah mereka.

Biasanya peserta peresean tidak dipersiapkan sebelumnya, namun peserta diambil dari para penonton. Artinya penonton saling menantang dan salah satu penonton akan kalah kepala/anggota badan sudah berdarah. Akan tetapi, pertandingan peresean kebanyakan mempertandingkan pepadu dari perwakilan masing-masing daerah.

Aturan peresean yaitu para pepadu tidak boleh memukul anggota badan bagian bawah (kaki/paha), namun para pepadu diperbolehkan memukul anggota badan bagian atas (kepala, pundak dan punggung). Pepadu akan dinyatakan kalah apabila salah satu pepadu berdarah, apabila salah satu pepadu belum ada yg berdarah maka pertandingan akan berlanjut sampe ronde 5. Apabila pada ronde ke-5 belum ada yang menyerah maka pemenangnya akan ditentukan dari nilai yang diperoleh berdasarkan penilaian para juri.

Para pepadu peresean seperti tidak merasa kesakitan saat bertarung, anggota badan yang memar dan lebam karena mendapat pukulan dari lawan sepertinya tidak menyurutkan semangat para pepadu untuk terus melawan. Bahkan banyak juga pepadu yang ingin melanjutkan pertandingan saat wasit menyatakan pepadu tersebut kalah karena sudah berdarah. Tetapi jangan salaah... setelah bertarung para pepadu bersalaman dan berpelukan sebagai tanda tidak ada rasa dendam antara kedua pepadu.

Apabila anda menyukai hal-hal menantang seperti ini, silahkan anda berkunjung ke Lombok. Anda tidak akan hanya sebagai penikmat saja, namun anda juga bisa menjadi pepadu langsung. Mau mencoba? Hehee J

2.        Bau nyale

Bau nyale merupakan suatu tradisi perburuan cacing laut yang dilakukan oleh masyarakat Lombok. Tradisi ini biasanya diselenggarakan sekitar bulan Februari dan Maret dimana tempat penyelenggaraan bau nyale itu sendiri adalah Pantai Seger, Kuta dan kaliantan yang terletak dibagian selatan pulau Lombok.

Bau nyale merupakan bahasa sasak, kata Bau berarti menangkap sedangkan kata Nyale berarti cacing laut. Cacing laut ini hidup di lubang-lubang batu karang dibawah permukaan laut.

Nyale atau cacing laut yang diburu dan dicari-cari oleh masyarakat lombok ini ternyata merupakan jelmaan dari sosok putri yang sangat cantik yaitu putri mandalika. Masyarakat yang akan berburu cacing jelmaan putri cantik ini rela menginap di pantai untuk menunggu waktu surut air laut. Biasanya air laut akan mulai surut sekitar jam 4 atau 5 pagi dan disaat itulah masyarakat akan menyisir ke tengah laut untuk berburu cacing jelmaan dari putri mandalika ini.

Hasil dari perburuan cacing laut ini oleh masyarakat untuk dikonsumsi dimana cacing laut ini memiliki protein tinggi sehingga sangat baik untuk tubuh kita.

3.        Memaling/menculik wanita

Memaling/menculik wanita merupakan suatu tradisi dimana seorang laki-laki membawa kabur wanita yang ingin di nikahi tanpa sepengetahuan keluarga si wanita tersebut.

Tujuan dari menculik wanita ini hanya menyembunyikan gadisnya saja, yang mana saat itu si gadis juga dikenalkan ke keluarganya. Tentu, mereka berdua tidak boleh berbuat yang tidak-tidak. Wanita yang diculik ini biasanya disembunyikan di rumah saudara atau kerabat dari si lelaki.

Yang menarik, jika ada orang tua yang anak gadisnya tidak pulang sehari semalam, bisa dipastikan anak itu telah diculik oleh lelaki yang ingin menikahinya. Pihak orang tua pun tidak merasa cemas.

Kemudian proses selanjutnya, lelaki (penculik) tersebut akan bertemu tetua adat di kawasan tempat tinggal si gadis. Itu bertujuan sebagai pemberitahuan kepada calon mertuanya. Lalu, besoknya pengantin pria dan wanita akan berjalan ke rumah si wanita dengan cara diarak berjalan kaki. Mereka dirias layaknya pengantin, yang disertai rombongan pemusik yang memainkan lagu-lagu daerah agar memeriahkan suasana.

Jika orangtua si gadis setuju dengan pria yang akan menikahi anaknya, mereka akan memberi tanda dengan cara membasuh kaki lelaki tersebut dengan air sirup atau air kelapa. Sementara jika tidak setuju, disimbolisasikan dengan membasuh menggunakan air tajin.

Kalau sudah ditolak tapi prianya ngotot, maka diberi mahar yang tinggi. Itu semata-mata agar anak gadis itu bisa diperlakukan dengan baik.

Untuk pembaca ketahui bahwa bagi laki-laki suku Sasak, menculik wanita adalah tindakan kesatria yang lebih terhormat dibanding melamar langsung. Tradisi seperti ini hanya bisa ditemukan di Lombok J..

4.        Rumah adat kotoran sapi

Rumah adat kotoran sapi ini merupakan rumah adat yang bahan pembuatannya menggunakan kotoran sapi.

Tidak semua bagian rumah yang dilumuri dengan kotoran sapi, tetatpi hanya bagian lantai saja. Kotoran sapi yang digunakan adalah yang sudah kering, lalu dicampuri air kemudian selanjutnya dilumuri ke lantai. Tujuan dari melumuri kotoran sapi ini adalah untuk menghilangkan debu-debu yang menempel dan membuat lantai kuat.

Kegiatan melumuri kotoran sapi ini masih dapat dijumpai sampai sekarang, sehingga rumah adat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan.

Rumah adat seperti ini dapat anda jumpai di Desa Sade, Rembitan, Lombok Tengah.  Anda juga bisa mengenal kehidupan Suku Sasak yang merupakan suku asli di Lombok. Di sana pula, Anda dapat melihat rumah adatnya yang bernama Bale Tani dengan keunikan dilumuri kotoran sapi!

Terimakasih sudah berkunjung :)

Semoga informasi ini bermanfaat pembaca sekalian..

1 komentar: